Rabu, 17 November 2010

Ini tentang masa Gelapku

Pernah gag ngerasain satu hari jadi hari yang buruk banget ?
Hahaa.. untuk pertama kali isi blog ini santai..
Aku ingin berbagi sedikit, mengingat masalalu ku yang bisa dibilang suram, hahaaa..
Gara-gara matakuliah Pancasila, aku jadi ingat kenangan ini, kenangan yang ingin sekali aku musnahkan dari otakku, bagaimana malunya aku, bagaimana kecewanya aku, bagaimana patah hatinya aku, dan bagaimana sedihnya aku.. Dan untuk pertama kalinya aku sedih dan tidak menangis, dan yang gag aku ketahui hal itu membuat hatiku benar-benar terluka.

Waktu itu aku ikut lomba artikel GMNI mengenai Pancasila dan penerapannya di era global seperti sekarang. Judul tulisanku "Indonesia-Pancasila, antara Otak dan Moral". Kapan-kapan aku posting artikel itu.. Aku masuk 11 besar dan peringkatku pas di nomer 11, yang aku gag tau ternyata aku bakal dibantai habis-habisan ama juri karena isi artikel dan judul artikelku.




Hari Presentasi datang, dan yang bikin aku shock mantanku (sekarang uda jadi pacarku lagi) bersama teman-teman Band nya mengisi acara di hari presentasi itu, dan lebih buruknya lagi dia datang bersama pacarnya, aku berusaha tidak melihat dan menyibukkan diriku, agar tidak melihat dirinya sedkitpun. Yang aku gag tau, hari itulah masa kiamat akan datang (yang ini agagk berlebihan).

Aku lupa berapa nomor urut presentasiku saat itu, setelah menunggu cukup lama akhirnya giliranku maju, setelah mempresentasikan artikel yang ku buat dengan lancar dan meyakinkan, sampailah pada sesi tanya jawab. Ada tiga pertanyaan yang sangat-sangat aku ingat dalam otak memoriku, hati, jiwa, dan raga. Tiga pertanyaan itu :
Juri : Mengapa kamu memilih judul Indonesia-Pancasila ? Kamu kan udah tinggl di Indonesia, kenapa kamu harus membuat Indonesia Pancasila ? Kalau Amerika Pancasila mungkin masih masuk akal, berikan argumen anda ?

Aku : Saya memilih judul itu karena saya ingin memberi penekanan Indonesia dan Pancasila, Indonesia yang berpancasila tapi sayangnya tidak lagi sesuai dengan otak dan moral orang Indonesia yang memiliki Pancasila

Juri : Tapi tetep aja gag cocok. (kondisi ku saat itu "trus ? harus gimana dong ? maksudku kan beneeeeer!!") Trus ini "Manusia yang pintar adalah manusia yang hanya bisa menggunakan kemampuan eksaktanya tanpa memikirkan nilai budi pekerti atau moral. Sedangkan manusia yang cerdas adalah manusia yang memiliki kemampuan eksakta yang baik dan memiliki moral serta budi pekerti yang luhur. " anda dapat dari kutipan siapa ?

Aku : Kuipan itu saya buat sendiri menurut pemahaman saya, dan menyimpulkan antara manusia pintar dan cerdas.

Juri : Ya, kalau anda menguip bilang aja mengutip, gag usah bilang itu kesimpulan anda atau bagaimana.

Aku : Saya tidak mengutip bapak, saya hanya menyimpulkan.

Juri : Anda tidak perlu berbohong, jikia memang mengutip tidak ada salahnya mencantumkan sumber (udah pengen ngelempar juri pake batu besar) oh iya, kenapa ide artikel anda persis seperti artikel rekan satu sekolah anda ?

Aku : wah, kalo itu saya gag tau pak, saya juga baru tau eman-teman saya ini yang lolos di lomba ini dan saya sebelumnya pun tidak tau kalau mereka ikut lomba.

Juri : Saya jadi tidak mengerti anda yang menjiplak atau dia yang menjiplak.

Aku : Isi artikel kami berbeda, dia lebih fokus pada guru, sedangkan saya pada mata pelajarannya.

Juri : Ya tetep aja sama, ya miriplah, jarang ada orang yang memiliki sudut pandang yang sama (dalam hati udah nangis darah)

Anda bisa bayangkan sendiri apa yang terjadi pada diri anda saat itu, berdiri di atas panggung, sendirian, dipojokkan oleh 3 orang juri, ditatap semua peserta dan undangan. Sakit hati sodara-sodara. Argh !

Jam makan siang tiba, sang mantan dan band manggung, aku kabur ke bawah, tidak ingin melihat, tidak ingin mendengar. Huff.. hancur hatiku. Pengumuman, satu menit, dua menit, sepuluh menit, dua puluh menit, semua disebut satu persatu, dari 4 orang anak SMA 3 Denpasar yang lolos artikel itu, 3 menang dan 1 kalah, bisa ditebak siapa yang kalah. Aku. Yaps. AKU. Rasanya baju batik yang kukenakan panas sekali, panaaas banget, dan parahnya aku malah menoleh ke belakang, tepat di saat si mantan dan ceweknya lagi bareng, yang cewe menyenderkan kepalanya ke si cowo. Anda bisa bayangkan bagaimana hancurnya saya saat itu. Hancur banget. Pengen nangis, tapi gag ada setetes air mata yang mau keluar. Aku benci diriku saat itu, padahal aku ingin sekali menunjukkan aku thu bisa, aku bisa, dan aku mampu sehebat kalian. Tapi, aku hanya pecundang yang gag bisa apa-apa. Parah.

Sekilas atau banyak kilas tentang hari terburukku, kalah lomba, patah hati, beuuuh, mantaps bos.. Aku harap kalian yang membaca cuplikan kejadian pahit ini gag pernah dan jangan sampe ngerasain. Rasanya pengen tenggelam di laut dalam trus gag balik-balik lagi. Dan sekarang, aku di sini masih ingin buktiin kalo aku thu bisa, dan aku akan berkembang menjadi bukan kutu biasa. Ngeri sih, tapi inilah aku, kutu yanbg tak berguna, tapi punya cita-cita menciptakan kebahagiaan bagi semua orang yang mengenalku.

2 komentar:

  1. Setiap Jalan Sukses Penuh Dengan Cobaan,,

    ykinlah pada diri sendiri dan kemampuan dri sendiri,,
    biarkan orang menialai..

    itu cma 3 juri geg.. bukan semua penduduk bumi..
    semangat !!!

    BalasHapus
  2. hahahaa...
    bukan cuma jurinya x yang jadi faktor..
    tapi ya.. luakan sajalah..
    :D

    BalasHapus