Selasa, 16 November 2010

Apa salahnya menjadi perempuan ?

Perempuan.
Seolah-olah sebuah kedudukan yang dibanggakan dan dilindungi, tapi dibalik semua itu banyak kepalsuan yang menyakiti perempuan.
Lemah, rapuh, pemikirannya lelet, dan sebagainya.
Masih banyak orang yang tidak mengakui bahwa perempuan juga makhluk ciptaan Tuhan yang bisa sejajar dengan laki-laki dalam hal berpikir dan bekerja. Memang di sisi lain perempuan terlihat lemah, tapi taukah kalian, perempuan pun bisa sama dengan laki-laki tanpa harus melawan kodratnya.

Perempuan. Lagi-lagi masalah jenis kelamin ini.
Apa salahnya kalau aku lahir sebagai perempuan ? Apa salahnya kalau aku memilih Ekonomi sebagai pijakan cita-citaku bukan kedokteran ? Apa salahnya kalau aku punya prinsip hidup yang bisa membawaku menjadi seorang perempuan yang sukses ? Apa salahnya jika aku terlahir sebagai perempuan, memiliki kasta, dan anak tunggal ?




Semua terlihat wajar bagi orang awam, dan semua itu tidak salah, tapi hanya sebuah pilihan dan takdir. Tapi tidak wajar ketika kau adalah seorang perempuan Bali yang memiliki tanggung jawab kasta dan lahir sebagai anak tunggal. Aku masih kecil (17 tahun uda termasuk dewasa yah ?), tapi aku mengerti desas-desus yang beredar di sekelilingku. Memang kenapa kalau aku perempuan ? Aku bisa menjaga orang tua ku hingga akhir hayatku nanti. Ketia aku berkeluarga pun aku akan mengibarkan bendera hak ku pada suamiku, untuk bisa menjaga dan merawat kedua orangtuaku. Aku bukan perempuan yang kolot seperti yang orang-orang di sekelilingku katakan. Aku ya aku, aku yang punya prinsip dalam hidup. Terserah nanti aku mau keluar dari keluarga karena menikah, yang pasti keluargaku ya tanggung jawabku.

Aku benci melihat mereka meremehkanku. Aku tau aku bukan orang kaya, dan aku tau aku hanya seorang anak perempuan yang tidak berhak menerima apapun dari keluarga. Terserah. Karena aku sudah diajarkan oleh orangtua ku untuk berdiri sendiri dengan kaki sendiri. Aku punya prinsip hidup, dan aku adalah perempuan modern, bukan berarti aku perempuan dan pasrah terhadap keadaan. Bukan ! Aku bukan perempuan seperti itu, aku bersekolah setinggi mungkin untuk membuktikan untuk memahami bagaimana menjadi manusia dan bagaimana menjadi perempuan modern, bukan perempuan kolot yang hanya mengurung diri akibat terlahir dengan tanggung jawab yang berat. Aku hanya prihatin, karena aku belum bisa menunjukkan eksistensi ku sebagai anak tunggal dan berjenis kelamin perempuan.

Apa salahku sebagai perempuan ? Tuhan menciptakanku sebagai perempuan pasti ada maksudnya. Aku ingin mereka mengerti. Aku benci keadaan dimana aku harus dibandingkan dengan mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Aku sederajat dengan mereka, dan aku mampu seperti mereka. Memang adat Bali tidak memberikan aku kesempatan seperti itu, tapi aku tidak mau menjadi perempuan kolot yang memasrahkan diri. Aku ingin muncul, aku ingin buktikan, kalau perempuan itu bisa. Aku benci keadaan ini, tapi inilah tanggung jawabku dalam hidupku.

Aku hanya seekor kutu kecil yang tidak berarti apa-apa, dikucilkan, dan didiskriminasi, dianggap jelek, bahkan tidak memiliki nilai setara dengan mereka yang hidup. Tapi aku percaya, aku hidup disini, saat ini, untuk mempertahankan hidupku, dan menunjukkan bahwa aku bukanlah hanya sekedar kutu. Dan aku hidup untuk dianggap, bukan diremehkan.

2 komentar:

  1. Bagus wid :P
    Ceritanya berani, wid pasti bakalan menjadi lebih dari sekedar diri wid yang sekarang ini :D
    Semangat wid! Lanjutkan :))

    BalasHapus
  2. makasi media imajinasi.. :)
    saya berjuang semampu saya sebagai perempuan Bali, selalu dampingi saya yudha.. :)

    BalasHapus